Tiap jalan-jalan ke Yogyakarta, saya pasti mampir ke Pasar Beringharjo, untuk ‘berburu’ Batik tentunya :). Sebenarnya batik dijual di berbagai tempat di Yogya, namun rasanya kurang lengkap jika jalan-jalan ke Yogya tanpa membeli batik di Pasar Beringharjo atau Bringharjo, demikian sebagian orang Jawa menyebutnya.
Kok berburu, dan bukannya berbelanja?
Banyak model baju yang unik dan tidak pasaran dengan harga murah yang saya beli dari Pasar Bringharjo, that’s why I call it as hunting, not shopping :D
Selain kawasan Malioboro, Pasar Bringharjo merupakan salah satu ciri khas Yogyakarta lainnya. Nuansa tradisional masih kental terasa di sini. Inilah pusat kegiatan perdagangan batik di Yogyakarta.
‘Monggo Mbak batik’e diprisani rumiyin, badhe pados batik ingkang kados nopo?’
Demikian sapaan khas para pedagang di Pasar Bringharjo kepada para pengunjung. Pasar yang namanya berasal dari kata bering (pohon beringin) dan harjo (kesejahteraan) dalam Bahasa Jawa ini terletak di ujung sebelah selatan dari Jalan Malioboro, bersebelahan dengan museum sejarah Benteng Vredeburg.
Beragam jenis batik dapat ditemukan di sini, dari mulai kain batik, jarit (kain batik untuk bawahan berbusana Jawa), seprei batik, baju batik dengan berbagai macam model dan ukuran, hingga aksesoris rumah dari batik.
Perkembangan batik yang cukup signifikan dalam beberapa tahun ini turut memberikan warna bagi berbagai model batik yang dijual di Pasar ini. Jika dulu model baju batik yang banyak dijual di Pasar Beringharjo adalah kemeja atau blouse untuk ibu-ibu, saat ini beragam baju batik dengan berbagai model khas anak muda dijual di pasar ini. Baju bermodel you can see pun beberapa kali saya lihat dijual di beberapa los. Harganya pun bervariasi, dari yang paling murah hingga termahal dapat kita temui disini, tergantung dari kualitas baju.
Tapi masalah harga juga berhubungan dengan kemampuan kita menawar. Biasanya nih kalau kita menawar dalam bahasa Jawa, harga baju yang kita beli bisa lebih murah lagi :) Apalagi jika kita belinya grosir, harganya bisa semakin miring. Andai kata nggak bisa berbahasa Jawa pun, harga baju di Bringharjo masih murah kok, setidaknya lebih murah jika dibandingkan dengan harga di toko.
Jika haus atau lapar sehabis berbelanja Batik, di depan pasar ada sekelompok ibu-ibu yang menjual es cendol khas Yogya, juga nasi pecel. Es cendol Yogya ini variasi isinya lebih banyak dari es cendol lain pada umumnya, ada cam cau (semacam agar-agar yang terbuat dari daun cam cau) dan cendol putih yang terbuat dari tepung beras. Selain es cendol juga tersedia es kelapa muda dan jamu seperti kunyit atau beras kencur. Juga teh botol, pastinya :D
Sayangnya, pasar ini hanya buka sampai jam 5 sore. Sayangnya lagi, waktu terakhir saya ke sini Bringharjo lagi mati lampu, yah, nggak bisa deh motret bagian dalam pasarnya, gelap bo :)
Post a Comment