I have ever been asked by someone at the airport:
Why do you love your job though it makes your skin darker day by day, while other girls are very eager to do anything to make their skin whiter?
I replied him:
Life is too beautiful to be left behind the desk, that's the reason why.
--------
Hampir setiap hari saya ke lapangan, lebih tepatnya berkunjung dan berinteraksi dengan masyarakat lokal di desa-desa sekitar lokasi site perusahaan saya di Kalimantan Timur. Berpanas-panasan di bawah sinar matahari yang panasnya begitu aduhai membakar kulit.
Hitam, sudah pasti. Tiap saya pulang cuti, komentar dari teman-teman saya, entah teman di kantor, kuliah, masa kecil, les, dsb selalu saja sama: tambah hitam.
Kalau kulit hitam karena terbakar matahari, nanti masih bisa dibalikin sesuai warna kulit asli sebelumnya. Tapi pengalaman dan kesempatan yang saya dapatkan saat ini? Tidak semua orang mendapatkannya.
Itulah kenapa saya nggak terlalu peduli kalau sekarang menjadi tambah hitam, meski beberapa merk sunblock baik untuk muka maupun badan selalu ada di tas saya :D.
Pekerjaan saya bukanlah sebuah pekerjaan jalan-jalan, ada tanggung jawab besar yang saya emban di situ. Namun dari pekerjaanlah saya mendapatkan banyak kesempatan untuk bisa melihat, mendengar dan tentunya memotret berbagai pemandangan menarik yang tidak akan pernah saya lihat jika saya bekerja di belakang meja.
Seperti rumah lamin, rumah khas suku Dayak yang selama ini hanya saya lihat dari gambar.
Kunjungan ke rumah lamin ini sama sekali tidak direncanakan. Usai menyelesaikan agenda saya di kecamatan Jempang, saya dilewatkan jalan pulang yang melalui Rumah Lamin di Kampung Mancong, Kutai Barat oleh seorang rekan. Tidak cuma melewati, tapi saya juga diajak turun dan masuk ke dalam rumah Lamin.
Di hari lain, salah satu kampung yang menjadi agenda kunjungan saya ternyata memiliki keunikan tersendiri. Seluruh infrastrukturnya terbuat dari kayu ulin. Tanjung Laong di Kecamatan Muara Pahu, Kutai Barat, itu nama tempatnya.
Satu waktu, saat tengah berbincang-bincang dengan seorang warga dari Kelurahan Jawa, Kec. Sanga-Sanga, Kutai Kartanegara, beliau menunjukkan jika di pekarangan rumahnya ada ‘Batu Pertama Kedaulatan RIS’, yang belum pernah saya lihat dari buku sejarah cetakan penerbit manapun dari sejak jaman saya SD hingga tamat kuliah!.
Dari Bapak itu juga, saya mendapatkan informasi jika Sanga-Sanga merupakan sebuah kota wisata sejarah. Di kota ini, kita bisa menemukan beberapa monument perjuangan seperti Museum Perjuangan, Taman Makam Pahlawan Wadah Batuah, juga Tugu Peringatan.
Tak hanya perjalanan melalui darat, namun juga melalui akses laut. Kesempatan ini datang ketika saya harus mengadakan field survey ke sebuah wilayah yang hanya bisa dilalui dengan menggunakan boat, di kecamatan Balikpapan Barat. Dan inilah pemandangan yang saya lihat di sepanjang perjalanan menggunakan boat untuk menjangkau lokasi yang saya tuju.
Sebenarnya masih banyak lagi pengalaman lainnya yang terlalu menarik untuk saya simpan sendiri, namun akan terlalu banyak kalau semua saya tuliskan sekarang :D
Dinikmati Mir, tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan seperti yang kamu dapat.
Pesan atasan saya.Saya memang hitam, tapi saya bahagia. Bagi saya, apa yang saya dapat saat ini rasanya tidak sebanding dengan hanya sekedar memiliki kulit putih (kata temen-temen saya lho kalau dulu saya putih :p).
Warna kulit bisa diubah, dari mulai cara instant maupun alami, namun pengalaman dan kesempatan untuk bisa mengunjungi tempat-tempat baru dan juga bertemu dengan orang-orang baru tidak diterima setiap orang. Tidak juga diterima setiap saat bagi yang sudah mendapatkannya.