Sebuah Catatan Akhir Tahun

December, 2009. One year will be almost complete in 20 minutes later.
I spent the last day in 2009 by going around Jakarta. The city was quiet enough, not as crowded as the normal days. I really enjoyed it much! If only Jakarta could be the same as that day everyday, only dreaming.
In the last 3 years, I celebrated the New Years in the different places with the different ambience.
I celebrated the 2008 New Year’s Eve with the owner of my dorm whom I have regarded as my family and some foreign friends in Bandung. There were Ms. Bernadette from South Africa who returned to her country in July 2009, Ms. Mihi who came from South Korea, also some other Japanese friends whom I totally forgot their names. We celebrated the New Year’s Eve by cooking, eating cake and watching the fireworks. Meanwhile, at that night, I was still waiting for my graduation ceremony.
In 2009, I celebrated the New Year’s Eve with family and some close friends in my hometown, Magelang. At that time, I have worked for 5 months in my current job and enjoyed a series of training provided by the company in the management trainee program.
Different from those two previous New Year’s Eves, I myself celebrated the New Year's Eve this year in Jakarta, a city where I have been living since one and a half year ago. A few months after graduation, I left Bandung for Jakarta to work.
New Year’s Eve has always been a time for looking back to the past. This is what I do right now. I am thinking about so many things that have happened during the year, counting some achievements, listing the mistakes I have done throughout the year, and starting to set reasonable goals for the coming year.
Let’s count down the time. We will welcome the New Year in about 5 minutes later!
Happy New Year everyone. Wish you a happy and healthy New Year. May great things always come to us.
See ya in 2010!

One-day Shopping with a Long-lost Friend

Setelah lebih dari 5 tahun tidak bertemu, akhirnya bisa juga saya ketemuan dengan Dewi, salah satu teman baik dari jaman SMU. Bermula setelah Dewi dipindah untuk bekerja di kantor pusat perusahaannya di Jakarta sekitar 3 bulan yang lalu, mulailah kami berkomunikasi lagi secara intens meski hanya melalui chatting dan sms.

Long weekend minggu ini kami janjian untuk bertemu di sebuah mall di Jakarta Selatan. Lama tak bertemu, ternyata hobi kita masih sama seperti jaman SMU dulu. Masih suka windows shopping ke sebuah department store yang diskonnya suka gila-gilaan terutama menjelang hari raya (clue-nya kalau kasih diskon 50 % + 20 %, ketebak kan nama dept. store-nya apa, haha :D), makan bareng sambil ngerumpi, dan nonton. Masih banci foto juga alias narsis :).

Banyak hal yang kami jadikan bahan pembicaraan (atau bahan gosip? :D), terutama cerita tentang jaman SMU. Mengenai si A dari kelas 2 A yang akhirnya menikah dengan si B dari kelas 2 C, si C dari kelas IPA 1, si D dari kelas IPS 2, siapa saja teman-teman yang sudah menikah, berapa banyak teman yang juga tinggal di Jakarta, hingga para mantan dan ‘gebetan’ kita jaman sekolah dulu :-).

Dewi juga masih nggak berubah. Kalau masalah belanja dan tawar menawar top abiss! Kaki pegal ataupun perut lapar tidak menjadi penghalang untuk mencari sepatu dari satu mall ke mall yang lain, dari satu counter ke counter yang lain :p. Oh ya ada satu hal baru dari Jeng Dewi tersayang, sekarang dia seorang maniak film Korea sehingga berburu DVD film Korea menjadi salah satu list must-do items dalam agenda shopping kita (saking cintanya, she just made a blog about all of Korean movie stars! Haha, piss Wi :D)

In short, waktu satu hari ternyata tidak cukup untuk bisa membuat seluruh rencana kita terlaksana. Belum nonton lah, yang ingin makan es krim cone ataupun mengobrol tentang banyak hal lainnya. Padahal hampir tiap malam kita chatting via YM ataupun FB, tapi pas ketemu kok ya rasanya masih banyak banget hal-hal yang bisa dijadikan bahan obrolan.

Sepulang dari acara jalan-jalan itu, ternyata Dewi masih meng-update statusnya di FB meski sudah larut malam, dan masih saya beri comment juga:). Selain janjian untuk bertemu lagi, kita juga janjian untuk : go more early and back home more lately! Hahaha :D.

 


Hari Jadi Perhumas

Selasa minggu lalu (15/12), saya diajak Erik -salah satu teman saya di kantor-, untuk datang ke acara Perhumas (Persatuan Hubungan Masyarakat) dan bertemu dengan para senior kami dalam rangka Hari jadi Perhumas.

Meski saya sudah mengikuti milis Perhumas sejak sekitar 3 tahun lalu, namun ini adalah keikutsertaan saya yang pertama dalam event Perhumas. Awalnya saya sempat berpikir untuk tidak jadi datang gara-gara salah naik bis yang membuat saya harus muter-muter Jakarta dulu :D. Tapi mengingat bahwa saya bisa mendapatkan hal-hal baru bagi pengembangan diri dan memperluas link networking, atau minimalnya dapat bertemu dengan para senior di bidang komunikasi dan humas, saya tetap berusaha untuk datang juga meskipun terlambat :-). Dan pilihan saya untuk tetap datang ternyata tidak salah.

Acara syukuran Hari Jadi Perhumas tersebut diadakan di Graha Merah Putih, Jl. Kemang Utara No. 4, Jakarta Selatan. Di sana, saya bertemu antara lain dengan Bapak Kiagus Imran Mahmud, Bapak Bambang Purwanto, Pak Budi, Pak Teddy beserta Ibu, Pak Agung, dan Bapak Amrih Sahri. Dan Erick, tentu saja :D.

Walaupun yang hadir tidak terlalu banyak, namun interaksi di antara yang hadir terasa begitu akrab dan hangat. Obrolan dan diskusi seputar komunikasi, current news maupun perkembangan Perhumas diselingi dengan canda tawa mewarnai acara yang berlangsung selama lebih kurang 2 jam, dari sekitar jam 8 hingga 10 malam.

Dari semua yang hadir memang hanya saya dan Erick yang baru mulai menapaki karier di bidang komunikasi ataupun PR. Senang rasanya bisa bertemu dan belajar banyak hal baru dari mereka yang telah jauh lebih dulu menekuni dan berpengalaman di bidang komunikasi atau Humas. Mereka pun begitu welcome menerima kehadiran saya dan Erick dari Perhumas Muda.

Banyak topik menarik dalam diskusi malam itu yang selain menambah wawasan juga membuka pikiran saya. Pengalaman dilengkapi dengan penguasaan teori yang matang merupakan beberapa hal yang pada akhirnya akan mengasah kemampuan seseorang untuk menjadi seorang yang handal di bidangnya. Terlibat dalam diskusi dan obrolan bersama para senior tersebut juga semakin memotivasi saya untuk terus belajar dan menambah wawasan saya di bidang ini.  

Oh ya, sebagaimana umumnya perayaan hari jadi lainnya, perayaan hari jadi perhumas juga ditandai dengan pemotongan tumpeng usai pembacaan doa. 



Usai makan nasi tumpeng dan lauk pauk komplit khas Sunda yang telah dipersiapkan oleh Ibu Teddy (terima kasih Bu untuk sajian yang begitu lengkap dan lezat), ditambah dengan dessert cake ulang tahun yang begitu yummy, acara ditutup dengan foto bersama oleh semua yang hadir (sayang Bu Teddy tidak bisa ikut berfoto bersama, the pic below was taken by her).


Dalam perjalanan pulang ke Jababeka, saya banyak mengobrol dengan Erick tentang topik-topik yang didiskusikan dalam acara tersebut maupun mengenai komunikasi itu sendiri. Dan kami sepakat, bidang ini memang bidang yang begitu menyenangkan dan menantang untuk dipelajari. Tidak ada hal yang tidak menarik untuk dipelajari lebih dalam lagi dari bidang komunikasi dan juga Public Relations.

Dirgahayu Perhumas!

Monday Morning Spirit

Monday morning. Menyemangati diri sendiri untuk semangat berangkat ke kantor. Hmm, inikah yang dinamakan sindrom ‘I don’t like Monday’?
Huff, masih terlalu pagi begitu sampai di kantor. Setengah jam sebelum bel tanda waktu mulai bekerja berdentang.  Seperti biasa langsung menyalakan komputer. Next, login ke email. Ada beberapa email masuk. Eh ada yang judulnya menarik nih, ‘Mengeluh? No!’. Hmm, kira-kira tentang apa ya? Baca ah…
Beberapa menit kemudian....
Isi emailnya bagus euy. Tentang mengeluh (secara subjeknya memang ‘mengeluh’ :D). Betapa kita sering mengeluh. Tentang apa saja. Mengenai siapa saja.
Wah jangan-jangan teman saya ini punya kepandaian meramal, sehingga tahu kalau banyak temannya yang merasa berat untuk berangkat kerja di hari Senin (kepandaian meramal ataukah karena memang sudah menjadi rahasia umum? hohoho :p), makanya emailnya dikirim di Senin pagi biar nggak pada mengeluh :D.
Hopefully it will inspire you, as it inspired me much. Enjoy reading!

------------------------------------------------------------


MENGELUH??!! NO!!!!

Sebuah kata sederhana yang mungkin jarang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi seringkali kita praktekkan langsung baik secara sadar maupun tidak sadar. Beberapa waktu lalu saya berkumpul dengan teman-teman lama saya. Seperti biasanya kami membicarakan mengenai pekerjaan, pasangan hidup, masa lalu, dan berbagai macam hal lainnya.

Setelah pulang saya baru tersadar, bahwa kami satu sama lain saling berlomba untuk memamerkan keluhan kami masing-masing seolah-olah siapa yang paling banyak mengeluh dialah yang paling hebat.

 

'Bos gue kelewatan masa udah jam 6 gue masih disuruh lembur, sekalian aja suruh gue nginep di kantor!'

'Kerjaan gue ditambahin melulu tiap hari, padahal itu kan bukan 'job
-desc' gue'

'Anak buah gue memang bego, disuruh apa-apa salah melulu'.

Kita semua melakukan hal tersebut setiap saat tanpa menyadarinya.

Tahukah Anda semakin sering kita mengeluh, maka semakin sering pula kita mengalami hal tersebut. Sebagai contohnya, salah satu teman baik saya selalu mengeluh mengenai pekerjaan dia. Sudah beberapa kali dia pindah kerja dan setiap kali dia bekerja di tempat yang baru, dia selalu mengeluhkan mengenai atasan atau rekan-rekan sekerjanya.

Sebelum dia pindah ke pekerjaan berikutnya dia selalu ribut dengan atasan atau rekan sekerjanya. Seperti yang bisa kita lihat bahwa terbentuk suatu pola tertentu yang sudah dapat diprediksi, dia akan selalu pindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan berikutnya sampai dia belajar untuk tidak mengeluh. 

Mengeluh adalah hal yang sangat mudah dilakukan dan bagi beberapa orang hal ini menjadi suatu kebiasaan dan parahnya lagi mengeluh menjadi suatu kebanggaan. Bila Anda memiliki dua orang teman, yang pertama selalu berpikiran positif dan yang kedua selalu mengeluh, Anda akan lebih senang berhubungan dengan yang mana? Menjadi seorang yang pengeluh mungkin bisa mendapatkan simpati dari teman kita, tetapi tidak akan membuat kita memiliki lebih banyak teman dan tidak akan menyelesaikan masalah kita, bahkan bisa membuat kita kehilangan teman-teman kita.  

Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa kita mengeluh? Kita mengeluh karena kita kecewa bahwa realitas yang terjadi tidak sesuai dengan harapan kita. Bagaimana kita mengatasi hal ini. Caranya sebenarnya gampang-gampang susah, kita hanya perlu bersyukur.

Saya percaya bahwa di balik semua hal yang kita keluhkan PASTI ADA hal yang dapat kita syukuri.

Sebagai ilustrasi, Anda mengeluh dengan pekerjaan Anda. Tahukah Anda berapa banyak jumlah pengangguran yang ada di Indonesia ?

Sekarang ini hampir 60% orang pada usia kerja produktif tidak bekerja, jadi bersyukurlah Anda masih memiliki pekerjaan dan penghasilan. Atau Anda mengeluh karena disuruh lembur atau disuruh melakukan kerja ekstra. Tahukah Anda bahwa sebenarnya atasan Anda percaya kepada kemampuan Anda? Kalau Anda tidak mampu tidak mungkin atasan Anda menyuruh Anda lembur atau memberikan pekerjaan tambahan.

Bersyukurlah karena Anda telah diberikan kepercayaan oleh atasan Anda, mungkin dengan Anda lebih rajin siapa tahu Anda bisa mendapatkan promosi lebih cepat dari yang Anda harapkan.

Bersyukurlah lebih banyak dan percayalah hidup Anda akan lebih mudah dan keberuntungan senantiasa selalu bersama Anda, karena Anda dapat melihat hal-hal yang selama ini mungkin luput dari pandangan Anda karena Anda terlalu sibuk mengeluh.

Try it now:
1. Bersyukurlah setiap hari setidaknya satu kali sehari. Bersyukurlah atas pekerjaan Anda, kesehatan Anda, keluarga Anda atau apapun yang dapat Anda syukuri. Ambilah waktu selama 10-30 detik saja untuk bersyukur kemudian lanjutkan kembali kegiatan Anda.

2. Jangan mengeluh bila Anda menghadapi kesulitan tetapi lakukanlah hal berikut ini. Tutuplah mata Anda, tarik nafas panjang, tahan sebentar dan kemudian hembuskan pelan-pelan dari mulut Anda, buka mata Anda, tersenyumlah dan pikirkanlah bahwa suatu saat nanti Anda akan bersyukur atas semua yang terjadi pada saat ini.


 3. Biasakan diri untuk tidak ikut-ikutan mengeluh bila Anda sedang bersama teman-teman yang sedang mengeluh dan beri tanggapan yang positif atau tidak sama sekali. Selalu berpikir positif dan lihatlah perubahan dalam hidup Anda.

'Semakin banyak Anda bersyukur kepada Tuhan atas apa yang Anda miliki, maka semakin banyak hal yang akan Anda miliki untuk disyukuri.'


------------------------------------------------------------

 Thanks to my friend who sent me this email. It was so inspiring!

Weekend Intermezzo


Ada sebuah intermezzo menarik di salah satu televisi swasta pagi ini. Tentang penggunaan uang 6,7 triliun.

Dalam tayangan intermezzo tersebut, uang sebesar 6,7 triliun diasumsikan bisa digunakan untuk membiayai lebih dari :

-       150 ribu mahasiswa untuk menjadi dokter
-       500 ribu siswa sekolah
-       190 ribu orang untuk menunaikan ibadah haji

Atau membeli lebih dari :

-       700 megawatt listrik supaya listrik nggak padam-padam lagi
-       900 juta kilogram beras
-       134 ribu rumah sederhana
-       26 milyar kerupuk (wowow :D)

Atau juga untuk memberi :

-       35 juta orang uang senilai Rp 191.429 rupiah
-       250 juta orang uang senilai Rp 26.800 rupiah

Sehabis melihat tayangan itu, melintas juga sebuah intermezzo dalam pikiran saya. Jika koin untuk mendukung Bu Prita Mulyasari (bravo Bu Prita!) senilai Rp 151 juta saja jika ditimbang beratnya sudah mencapai lebih dari 6 ton, kira-kira akan seberat apa ya kalau uang 6,7 triliun tersebut dikoin-kan? :-)

Dan jika seluruh koin senilai 6,7 triliun itu disebar ke seluruh Indonesia, wah hujan uang pasti akan terjadi di mana-mana :D.

Magnet Jogja


-it was actually written on Nov, 28th 2009-

Jogja itu bermagnet. Selalu menarik setiap orang yang pernah tinggal di sana untuk kembali, meskipun hanya sekedar ‘tuk singgah sejenak.

-------------------------------------------------------

Setelah beberapa kali hanya numpang lewat di Yogya tiap pulang ke rumah, akhirnya bisa juga saya jalan-jalan sampai puas di Yogja. Seharian, dari pagi sampai menjelang maghrib. Tapi setengah harinya habis untuk jalan-jalan di Malioboro dan berburu batik di Bringharjo (hahaha, teteup!), habis murah sih :-).

Yogya kini banyak berubah. Beberapa ruas jalan yang dulunya masih berupa jalan kecil kini sudah diperbesar, bahkan ada yang dijadikan perempatan lengkap dengan bangjo-nya (sebutan untuk traffic light, kependekan dari abang – ijo dalam bahasa Jawa :D). Perubahan tersebut mungkin karena semakin membludag-nya jumlah pengguna sepeda motor di Yogya, I guess.

Jumlah ruko-nya semakin banyak. FO, butik, rental film, ataupun warnet sepertinya kian menjamur. Di sepanjang jalan Malioboro sekarang juga dipenuhi dengan beragam graffiti yang menarik.


 
 
Or for closer :
 

Oh ya, ada lagi. Sekarang Yogya punya Trans Yogya. Seperti Bus Way kalau di Jakarta, tapi ukurannya lebih kecil. Jumlah armadanya mungkin belum sebanyak Bus Way, namun sistem Trans Jogja lebih kurang sama dengan Bus Way. Tapi saya lupa euy harga tiketnya berapa, hehe :). Pas jalan-jalan di Malioboro, iseng saya foto salah satu bus Trans Jogja yang sedang berhenti, persis di depan shelternya. Take a look.


Banyak yang berubah dari Yogya, tapi banyak juga yang tidak (atau belum?) berubah. Harga makanannya masih standar mahasiswa alias murah meriah. Panasnya belum berkurang (meski tidak sepanas cuaca di kota tempat tinggal saya sekarang :D). Beberapa kakek dengan mengendarai sepeda onthel satu-dua kali terlihat di jalan raya. 

Di beberapa tempat terutama di daerah sekitar Boulevard UGM seperti Jl. Kaliurang, Condong Catur atau daerah Seturan, saya banyak bertemu dengan mahasiswa-mahasiswa yang masih begitu muda :p. Dari beragam suku dan budaya, pas dengan sebutan Yogyakarta sebagai Indonesia mini. 

Begitu pula dengan kawasan Malioboro dan Pasar Bringharjo, belum banyak berubah. Sembari menawar salak lumut di Malioboro, saya sempat memotret suasana Malioboro dari salah satu sisinya.


Atau foto lainnya yang saya ambil ketika sedang memilih rok batik di Pasar Bringharjo.

Seharian jalan-jalan di Yogya membuat rasa kangen saya pada kota ini sedikit terobati. Jogja memang ngangenin. Terutama suasana di malam hari dengan warung makan lesehannya. Ketika masih tinggal di Yogya, makan malam lesehan bersama teman-teman saya anggap sebagai sebuah hal biasa, tak ada yang istimewa. But after I had left Yogya, I just realized that it was a precious moments. Unforgettable. Dan sampai saat ini suasana seperti itu belum saya temukan di kota lain selain Yogya. 

Sehari di Yogya memang tidak cukup. Masih banyak tempat menarik lainnya yang sebenarnya ingin saya kunjungi, sayang waktunya yang nggak ada. I promise myself to go back there for holiday again one day, entah kapan :).

Yogyakarta, sering juga disebut dengan Jogja, Jogya, Ngayogyakarta, atau bagi sebagian orang Jawa disebut dengan nama Yodjo, memang kota yang akan selalu membuat rindu siapapun yang pernah tinggal di sana.

My Stupid Boss - We Are Moving

My Stupid Boss 2 – We Are Moving. Buku lanjutan dari My Stupid Boss 1 yang kembali sukses membuat teman-teman saya tertawa ngakak, nggak peduli sedang di kos ataupun di dalam bis. Penasaran, saya beli seri keduanya.

Buku ini masih menceritakan dialog-dialog yang terjadi antara penulis, yang menyebut dirinya sebagai Kerani (di Malaysia berarti Kepala Bagian Admnistrasi kantor) untuk menyamarkan identitasnya– dengan bosnya yang merupakan tokoh sentral dalam buku MSB. Tokoh sentral yang disebut-sebut sebagai Stupid Boss oleh si Mbak Kerani ini :D

Seperti judulnya, MSB 2 ini menceritakan kisah-kisah yang terjadi dalam proses kepindahan perusahaan tempat Kerani ini bekerja ke lokasi yang baru. Kerani yang dalam blog-nya menamakan dirinya sebagai chaos@work secara lugas dan detail menggambarkan keanehan-keanehan yang dilakukan bosnya dengan Bahasa yang ringan, penuh humor dan mengundang tawa :D. Meski terkadang agak sarkastik juga sih :)  

Terlepas dari etis atau tidak menceritakan keanehan orang lain dengan gamblang ke publik, tapi MSB memberikan sebuah cerita yang cukup berbeda tentang dinamika hubungan antara seorang bos dengan anak buahnya. Buku ini juga menunjukkan bahwa di luar sana ada orang dengan kepribadian yang sulit untuk dimengerti orang kebanyakan.

After all, meski tidak ada pesan sponsor, tapi My Stupid Boss 2 is recommended untuk dijadikan pilihan bacaan yang menghibur di waktu senggang, weekend atau ketika sekedar ingin membaca sesuatu yang ringan. But please consider the place when you would to read this book. Jangan baca buku ini di tempat umum apalagi jika tanpa teman, karena akan tampak aneh tentunya jika kita tertawa terbahak-bahak di tempat umum seorang diri :D

Jawaban JP Morgan Untuk Cewek Matre


Sepucuk surat dilayangkan seorang cewek cantik yang ingin mendapatkan pria kaya yang dimuat di suatu majalah. Suratnya ditanggapi oleh seorang pria kaya dengan serius. Bagus kata-katanya dan jangan lupa lihat nama pria yang membalas suratnya.

Seorang gadis muda dan cantik, mengirimkan surat ke sebuah majalah terkenal, dengan judul:


“Apa Yang Harus Saya Lakukan Untuk Dapat Menikah dengan Pria Kaya?”


Saya akan jujur, tentang apa yang akan coba saya katakan di sini. Tahun ini saya berumur 25 tahun. Saya sangat cantik, mempunyai selera yang bagus akan fashion. Saya ingin menikahi seorang pria dengan penghasilan minimal $500ribu/tahun.


Anda mungkin berpikir saya matre, tapi penghasilan $1juta/tahun hanya dianggap sebagai kelas menengah di New York . Persyaratan saya tidak tinggi. 

Apakah ada di forum ini mempunyai penghasilan $500ribu/tahun? Apa kalian semua sudah menikah? Yang saya ingin tanyakan: apa yang harus saya lakukan untuk menikahi orang kaya seperti anda? Yang terkaya pernah berkencan dengan saya hanya $250rb/tahun. Bila seseorang ingin pindah ke area pemukiman elit di City Garden New York , penghasilan $ 250rb/tahun tidaklah cukup.

Dengan kerendahan hati, saya ingin menanyakan:


- dimana para lajang2 kaya hang out?
- kisaran umur berapa yang harus saya cari?
- kenapa kebanyakan istri dari orang2 kaya hanya berpenampilan standar?
- saya pernah bertemu dengan beberapa wanita yang memiliki penampilan tidak menarik, tapi mereka bisa menikahi pria kaya?
- bagaimana, anda memutuskan, siapa yang bisa menjadi istrimu, dan siapa yang hanya bisa menjadi pacar?


ttd.



Si Cantik
______________________



Inilah balasan dari seorang pria yang bekerja di Finansial Wall Street :


Saya telah membaca surat mu dengan semangat. Saya rasa banyak gadis2 di luar sana yang mempunyai pertanyaan yang sama. Ijinkan saya untuk menganalisa situasi mu sebagai seorang profesional.


Pendapatan tahunan saya lebih dari $500rb, sesuai syaratmu, jadi saya harap semuanya tidak berpikir saya main2 di sini. Dari sisi seorang bisnis, merupakan keputusan salah untuk menikahimu. jawabannya mudah saja, saya coba jelaskan, coba tempatkan “kecantikan” dan “uang” bersisian, dimana anda mencoba menukar kecantikan dengan uang: pihak A menyediakan kecantikan, dan pihak B membayar untuk itu, hal yg masuk akal.


Tapi ada masalah disini, kecantikan anda akan menghilang, tapi uang saya tidak akan hilang tanpa ada alasan yang bagus. Faktanya, pendapatan saya mungkin akan meningkat dari tahun ke tahun, tapi anda tidak akan bertambah cantik tahun demi tahun. Karena itu, dari sudut pandang ekonomi, saya adalah aset yang akan meningkat, dan anda adalah aset yang akan menyusut. Bukan hanya penyusutan normal, tapi penyusutan eksponensial.

Jika hanya (kecantikan) itu aset anda, nilai anda akan sangat mengkhawatirkan 10 tahun mendatang. Dari aturan yg kita gunakan di Wall Street, setiap pertukaran memiliki posisi, kencan dengan anda juga merupakan posisi tukar. Jika nilai tukar turun, kita akan menjualnya dan adalah ide buruk untuk menyimpan dalam jangka lama, seperti pernikahan yang anda inginkan. Mungkin terdengar kasar, tapi untuk membuat keputusan bijaksana, setiap aset dengan nilai depresiasi besar akan di jual atau “disewakan.” Siapa saja dengan penghasilan tahunan $500rb, bukan orang bodoh, kami hanya mau berkencan dengan anda, tapi tidak akan menikahi anda.


Saya akan menyarankan agar anda lupakan saja untuk mencari cara menikahi orang kaya. Lebih baik anda menjadikan diri anda orang kaya dengan pendapatan $500rb/tahun. Ini kesempatan lebih bagus daripada mencari orang kaya bodoh. mudah2an balasan ini dapat membantu. Jika anda tertarik untuk servis “sewa pinjam,” hubungi saya.



ttd,



J.P. Morgan