Menyusuri Jejak Sejarah di kota Minyak Sanga-Sanga


Mbak Mir, kalau bisa tanggal 27 Januari ke Sanga-Sanga, di sini HUT Kemerdekaan Sanga-Sanga lebih ramai dibanding HUT RI.
Ujar seorang rekan di site saat kunjungan pertama saya di site di wilayah Sanga-Sanga, Kutai Kartanegara.
-------------
Setelah menempuh perjalanan darat lebih kurang selama 2 jam dari kota Samarinda, ibukota propinsi Kaltim, sampai juga akhirnya saya di Sanga-Sanga, salah satu Kecamatan dalam lingkup wilayah Kutai Kartanegara (Kukar).
Banyak referensi yang menuliskan Sanga-Sanga dengan sebutan kota minyak karena potensi minyak buminya yang melimpah. Wilayah ini juga memiliki keistimewaan sebagai kecamatan administratif pertama yang maju dan makmur karena minyak. Tak hanya minyak, kini Sanga-Sanga pun merupakan salah satu wilayah penghasil emas hitam atau batu bara yang potensial di Kukar.
Cerita dari beberapa warga yang saya dengar, Sanga-Sanga dulunya merupakan sebuah kota yang cukup ramai dan maju karena potensi minyak bumi. Menurunnya kandungan minyak membuat Sanga-Sanga tak seramai sebelumnya. Kota ini  mulai menggeliat kembali sejak diketemukannya potensi pertambangan batu bara.
Bicara tentang wilayah ini kita tak hanya akan membahas tentang minyak maupun potensi batu bara, tapi juga mengenai sejarahnya sebagai kota perjuangan. Sanga-Sanga merupakan kota pertama di Kalimantan Timur yang berhasil dibebaskan dari penjajahan Belanda. Setelah Sanga-Sanga, muncullah 3 kota lainnya yaitu Balikpapan, Samarinda dan Samboja.
Berbagai peninggalan sejarah bisa dijumpai di kota kecamatan ini, seperti Tugu Merah Putih, Monumen Perjuangan, Taman Makam Pahlawan Wadah Batuah, Eks penjara kolonial Belanda, ataupun Batu Kedaulatan pertama RIS. Bukti sejarah lainnya dapat dilihat di Museum Perjuangan Sanga-Sanga, diantaranya senapan mesin, foto-foto perjuangan dan guci pemakaman salah satu etnis yang ditemukan di dekat jembatan 27 Januari Sanga-Sanga. Selain itu, sebuah jip tua dan kapal yang diperkirakan merupakan peninggalan Belanda juga masih disimpan di halaman belakang Museum.

Batu Pertama Kedaulatan RIS di depan rumah seorang warga

 Makam Wadah Batuah
Sanga-Sanga adalah basis perjuangan rakyat Kaltim dalam mengusir Belanda. Kota ini terkenal dengan peristiwa heroik yang terjadi pada tanggal 27 Januari 1947 ketika para pejuang kemerdekaan yang tergabung dalam Badan Pembela Republik Indonesia (BPRI) bahu membahu bersama rakyat mmengusir penjajah Belanda dari Tanah Air.
Perjuangan heroik Sanga-Sanga yang kemudian dikenal sebagai perjuangan Merah Putih Sanga-Sanga merupakan sebuah peristiwa bersejarah yang hingga kini terus diperingati masyarakat Kaltim setiap 27 Januari.
"Kalau kami-kami yang asli sini malah belum pernah masuk ke Museum, Mbak. Lebih mudah orang dari luar untuk masuk ke museum daripada warga lokal"
Cetus seorang guru, sebut saja namanya Ibu Hera, saat saya tanya sudah berapa kali ia mengunjungi museum. Tak hanya Bu Hera, ada beberapa pengajar lainnya mengatakan hal yang sama. Belum pernah ada kunjungan wisata ke museum dari sekolah yang melibatkan siswa dan guru.
Sungguh sayang sebenarnya, ketika sebuah sejarah utamanya terjadi di kota tersebut justru belum terceritakan dengan baik, khususnya ke generasi mudanya. Semoga suatu saat nanti pihak-pihak terkait di sana bisa memfasilitasi sekolah maupun masyarakat untuk dapat mengakses tempat-tempat bersejarah itu dengan mudah.
Oh ya, kalau satu saat nanti Anda singgah di Kota Wisata Juang ini, selain mengunjungi berbagai wisata sejarah, jangan lupa juga untuk mencicipi gula gait, camilan manis dari gula khas kota Sanga-Sanga :)