Sherlock Holmes

Dashyat! Itu kata pertama yang keluar setelah saya menonton film ‘Sherlock Holmes’ Sabtu kemarin.
Sherlock Holmes, tokoh fiktif karya novelis asal Inggris Arthur Conan Doyle, yang diangkat ke film produksi Warner Bros. Tokoh sentral dalam film ini, Sherlock Holmes, diperankan oleh Robert Downey Jr. Pemeran lainnya Jude Law, Rachel Mc. Adams, Mark Strong, dan Kelly Reilly.

Ceritanya seru dan menantang. Film ini dibuka dengan adegan penggagalan ritual pembunuhan seorang wanita yang dilakukan Lord Blackwood oleh Sherlock Holmes dan dr. Watson. Penggagalan ritual tersebut membuat Lord Blackwood dijatuhi hukuman mati. Cerita kemudian berkembang dengan berita bangkitnya Lord Blackwood dari alam kubur meski dr. Watson telah memastikan jika Lord Blackwood telah meninggal, disusul dengan beberapa pembunuhan terhadap orang-orang yang menghalangi keinginan Lord Blackwood untuk berkuasa dengan cara-cara yang berbau mistis.
In short, semua mistis yang dilakukan oleh Lord Blackwood ternyata dapat dipatahkan dengan sederet argumentasi yang cerdik dan penuh logika oleh Sherlock Holmes. Penjabaran penjelasan untuk menyangkal teknik-teknik mistis Lord Blackwood diberikan Holmes secara kasus per kasus, membuat penonton menjadi mudah untuk memahaminya.
Alur ceritanya menarik. Beberapa bagian cerita menggunakan alur flash back yang semakin membuat kita larut dalam film itu. Setting tempatnya juga keren. Film garapan Guy Ritchie ini menggambarkan suasana Inggris zaman revolusi industri. London Bridge pun diperlihatkan masih dalam tahap pembangunan. Meski porsinya tidak banyak, tapi dialog yang menceritakan perasaan antara dr. Watson dan Mary, tunangan dr. Watson yang masa lalunya terkuak oleh penerawangan Holmes, tergambar dengan manis. Begitu pula kisah cinta antara Holmes dengan Irena Adler.
Banyak adegan yang mendebarkan. Salah satunya pada saat Holmes, Irena dan Watson menghadapi mesin yang dapat membelah seekor hewan menjadi dua. Ada sisi menyentuhnya juga, ketika Watson menghentikan langkah Holmes dan membiarkan dirinya berada dalam perangkap bom yang dipasang Blackwood. Beberapa adegan, mimik muka dan dialog meski diucapkan atau ditampilkan dalam suasana serius namun bisa juga memancing tawa penonton. Terutama ketika ada adegan yang memperlihatkan dan membicarakan tentang anjing-nya dr. Watson.
Berbeda dengan beberapa film yang saya tonton sebelumnya, di mana endingnya terasa kurang menggigit, Sherlock Holmes mampu menyajikan sebuah ending yang membuat para penontonnya puas (setidaknya buat saya :D). Meski Profesor Moriarty -musuh Sherlock Holmes lainnya yang sepertinya jauh lebih tangguh dibanding Lord Blackwood- baru dimunculkan di akhir film, tapi kesan mengigit tidak bisa dilepaskan dari akhir film ini. Hmm, tampaknya bakal ada sekuel ke dua-nya nih :).
Kalau yang masih menimbulkan tanda tanya di benak saya adalah bagaimana dengan nasib para pengikut Lord Blackwood yang pada saat Blackwood bertarung dengan Holmes berada di Gedung Parlemen Inggris dan membentengi anggota parlemen lain agar tidak bisa keluar. Apakah mereka akan dihakimi secara massal oleh anggota parlemen lain yang tidak mendukung Blackwood? Well, sudahlah, menurut saya itu juga bukan bagian yang terlalu penting juga untuk diceritakan lebih lanjut :).
Oh ya, meski bintang utama dalam fim ini adalah Sherlock Holmes, tapi saya kok lebih jatuh hati ya dengan dr. John Watson. Lebih ganteng, keren, calm, cool, dan nggak kalah smart dengan Sherlock Holmes :D
After all, film ini fully recommended untuk dijadikan film pilihan wajib ditonton weekend ini. Belum nonton? Enjoy the film!
0 Responses