A Journey to Makkah – Madinah. Part 1


Pause.
Berhenti sejenak dari rutinitas. Berhenti sejenak memikirkan dan mengejar kehidupan duniawi.
Berhenti sejenak untuk fokus pada ibadah.
Umrah. Alhamdulillah, setelah dari akhir tahun lalu ingin menunaikan ibadah umrah, akhir Juni lalu diizinkan Allah SWT untuk berkunjung ke Baitullah.
 
                                                                         Masjid Apung di Jeddah

Ada seorang teman yang menikah dengan persiapan 1 bulan, dan ia bilang ke saya “Alhamdulillah, segalanya terasa dimudahkan olehNya, Mir.
Saya sempat mbatin, bagaimana ya rasanya dimudahkan segala urusan kita ketika waktu yang kita miliki sebelum hari H nggak banyak.
Dan, itulah yang terjadi pada saya.
Niat umrah di Februari nggak jadi, saya malah ke Singkawang, Kalimantan Barat untuk menonton festival Cap Go Meh.
Saat roster cuti bulan April, saya memang sengaja menunda umrah karena hati belum mantep. Dan saya traveling ke Ujung Kulon bersama beberapa teman site.
Masuk ke bulan Mei, keinginan umrah masih maju mundur.
Namun beberapa hari sebelum balik ke site, saya tiba-tiba pengen datang ke salah satu biro umrah yang direkomendasikan teman buat nanya-nanya. Ternyata seatnya sudah penuh untuk akhir Juni, padahal saya baru cuti roster lagi di akhir Juni. Biro umrahnya janji akan mengusahakan dulu, dan bisa tidaknya saya ikut akan diinformasikan kemudian.
Ada rekan lain yang merekomendasikan biro umrah yang ia ikuti, saya kontak juga, tapi saya kurang sreg setelah mendapat detail layanannya. Entah mengapa, saya merasa sreg aja dengan biro umrah yang pertama saya datangin itu.
Pas saya sampai di Balikpapan, seminggu setelah saya ke tempat biro Umrah tersebut, saya ditelp mereka untuk menginformasikan jika saya bisa ikut umrah yang akhir Juni. Alhamdulillah.
Singkat kata, kepastian saya bisa mendaftarkan ikut umrah pada 18 Mei, untuk berangkat 21 Juni. Ada banyak persiapan yang harus dilakukan, dan Alhamdulillah, semua dimudahkan Allah SWT.
Dokumen penting biasa saya simpan di Jakarta, eh kemarin paspor dan akta lahir saya tinggal di rumah. Dua dokumen itu perlu dikirim ke biro umrah untuk pengurusan visa, dikirim sama Papa. Coba kalo paspor dan akta lahir saya tinggal di kos di Jakarta, siapa yang mau kirim? J
Suntik meningistis saya lakukan di Balikpapan. Beberapa hari sebelum suntik, dikenalin sama temennya temen yang bekerja di Total Balikpapan, dan baru juga kembali dari umrah. Dari ia pula saya tahu lokasi Kantor Pelabuhan yang baru, padahal banyak warga BPN sendiri yang kecele masih pergi ke ke kantor lama di Semayang. Sangat berarti buat saya yang datang dari site dengan menempuh perjalanan lebih kurang 8 jam buat ke Balikpapan dengan waktu off hanya 1 hari.
Visa. Setelah sempat deg-degan visa nggak keluar karena kuota dipangkas dan biro umrah lain juga tak sedikit yang gagal mendapatkan visa, dari biro umrah saya pun mereka minta jamaah semua berdoa biar visa keluar, Alhamdulillah tanggal 18 Juni visa saya keluar.
Persiapan baju dibantu sama dua teman baik saya, Mita dan Ime. Jarang ketemu, tapi mereka mau repot-repot siapin gamis, cariin baju-baju dan perlengkapan lain. Sejujurnya saya nggak enak banget, tapi jawaban mereka singkat, ‘halah sama kita ini Mir’ atau ‘itulah gunanya teman’. Alhamdulillah, tak putus berucap hamdalah saya dikaruniai teman-teman yang begitu tulus dan baik.
Persiapan lain juga disiapkan Mama yang udah pengalaman berhaji tahun lalu.
Teman-teman lain banyak mendoakan atau minta maaf ga bisa mbantu apa-apa. Doa dan atensi dari mereka sudah lebih dari cukup buat saya.
Saya baru sampai Jakarta dari site tanggal 20 Juni siang, sementara berangkat umrah 21 Juni sore.
Hamdalah. Siap berangkat.

 

                                                        Sunrise, saat keluar dari bandara Jeddah
Dalam perjalanan dari Jeddah menuju Madinah, hari pertama, saya dikasih tau oleh Ibu yang punya biro umrahnya kalau sebenarnya saya terancam gagal berangkat. Kuota mereka memang sudah penuh, dan coba-coba aja mengajukan 10 kuota tambahan, salah satunya ya buat saya itu.
Eh, tak disangka kok disetujui, makanya saya bisa dapat 1 tempat dan berangkat umrah. Hamdallah.
Sebelum mantap umrah, saya sempat mbatin, “lumayan nih sebenernya biaya umrah buat ditabung”.
Tapi begitu saya mantep buat berumrah dan berangkat umrah, alhamdulillah, seluruh biaya langsung diganti sama Allah, di bulan yang sama. Bahkan rezeki yang saya terima melebihi biaya yang saya keluarkan untuk umrah.
Maha Pemurah Allah.
Dan rezeki masih terus mengalir ke saya, tak putus-putus, bahkan dengan nominal yang jauh melebihi ekspektasi saya. Hamdallah.
Tulisan ini hanya ingin sedikit berbagi cerita, jika teman-teman satu saat nanti ingin berangkat umrah, yakin dan mantapkan hati saja. Insya Allah, apa yang dikeluarkan akan diganti sama Allah dengan rezeki yang baik.
0 Responses